Langkah/Tahap Cara Membuat Resensi Buku dan
Unsur/Kerangka Resensi Buku
Kali ini saya akan mencoba membahas
tentang resensi buku, di mana ini adalah tugas saya dari guru bahasa indonesia.
Jadi buat yang belum mengetahui apa saja itu langkah-langkah bagaimana cara
meresensi buku, yaitu :
1. Jenis Buku
Jenis/bentuk buku itu apakah roman,
novel, biografi, atau yang lain. Selain itu seorang resentator menyebutkan juga
buku termasuk buku fiksi atau nonfiksi.
2. Keaslian Ide
Buku itu apakah benar-benar
merupakan karya asli dari pengarangnya atau merupakan jiplakan dari buku lain
yang pernah terbit.
3. Bentuk
Bagaimana mengenai bentuk atau
format dari buku itu. Apakah bentuknya, kertas, ilustrasi cover, jenis huruf
yang dipakai, dan sebagainya.
4. Isi dan Bahasa
Dilihat dari segi isi, resentator
perlu memperhatikan unsur-unsur intrinsiknya, yaitu tentang tema, alur,
perwatakan, sudut pandang dan sebagainya.
Bahasa dalam buku itu dapat ditinjau
dari segi struktur kalimat, gaya bahasa/style, ungkapan dan lain-lain. Apakah
bahasa yang digunakan memakai bahasa sehari-hari yang segar tidak menjemukan,
mudah dimengerti oleh pembaca, dan sebagainya. Mudah dipahami atau sukar
diterima pembaca. Pengujian materi mendapat perhatian juga dari resentator.
5. Simpulan
Akhirnya seorang penulis resensi
harus dapat menyimpulkan, apakah buku itu baik dan perlu dibaca atau tidak.
• menulis data buku yang dibaca,
• menulis ikhtisar isi buku,
• mendaftar butir-butir yang merupakan kelebihan dan kekurangan buku,
• menuliskan pendapat pribadi sebagai tanggapan atau isi buku, dan
• memadukan ikhtisar dan tanggapan pribadi ke dalam tulisan yang utuh.
• menulis ikhtisar isi buku,
• mendaftar butir-butir yang merupakan kelebihan dan kekurangan buku,
• menuliskan pendapat pribadi sebagai tanggapan atau isi buku, dan
• memadukan ikhtisar dan tanggapan pribadi ke dalam tulisan yang utuh.
Sebuah resensi harus memuat hal-hal
sebagai berikut :
1. Data buku atau identitas buku
a. Judul buku
Jika buku yang akan kamu resensi adalah buku terjemahan, akan
lebih baik jika kamu menuliskan judul asli buku tersebut.
b. Penulis atau pengarang
Jika buku yang diresensi adalah buku terjemahan, kamu harus
menyebutkan penulis buku asli dan penerjemah.
c. Nama penerbit
d. Cetakan dan tahun terbit
e. Tebal buku dan jumlah halaman
a. Judul buku
Jika buku yang akan kamu resensi adalah buku terjemahan, akan
lebih baik jika kamu menuliskan judul asli buku tersebut.
b. Penulis atau pengarang
Jika buku yang diresensi adalah buku terjemahan, kamu harus
menyebutkan penulis buku asli dan penerjemah.
c. Nama penerbit
d. Cetakan dan tahun terbit
e. Tebal buku dan jumlah halaman
2. Judul Resensi
Judul resensi boleh sama dengan judul buku, tetapi tetap dalam konteks buku itu.
Judul resensi boleh sama dengan judul buku, tetapi tetap dalam konteks buku itu.
3. Ikhtisar Isi Buku
Dalam meresensi buku, seorang peresensi harus menulis buku yang hendak diresensi. Ikhtisar adalah bentuk singkat dari suatu karangan atau rangkuman. Ikhtisar merupakan bentuk singkat karangan yang tidak mempertahankan urutan karangan atau buku asli, sedangkan ringkasan harus sesuai dengan urutan karangan atau buku aslinya. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat ikhtisar isi buku adalah sebagai berikut.
a. Membaca naskah/buku asli
Penulis ikhtisar harus membaca buku asli secara keseluruhan untuk
mengetahui gambaran umum, maksud, dan sudut pandang pengarang.
b. Mencatat gagasan pokok dan isi pokok setiap bab
c. Membuat reproduksi atau menulis kembali gagasan yang dianggap
penting ke dalam karangan singkat yang mempunyai satu kesatuan yang padu.
Dalam meresensi buku, seorang peresensi harus menulis buku yang hendak diresensi. Ikhtisar adalah bentuk singkat dari suatu karangan atau rangkuman. Ikhtisar merupakan bentuk singkat karangan yang tidak mempertahankan urutan karangan atau buku asli, sedangkan ringkasan harus sesuai dengan urutan karangan atau buku aslinya. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat ikhtisar isi buku adalah sebagai berikut.
a. Membaca naskah/buku asli
Penulis ikhtisar harus membaca buku asli secara keseluruhan untuk
mengetahui gambaran umum, maksud, dan sudut pandang pengarang.
b. Mencatat gagasan pokok dan isi pokok setiap bab
c. Membuat reproduksi atau menulis kembali gagasan yang dianggap
penting ke dalam karangan singkat yang mempunyai satu kesatuan yang padu.
4. Kelebihan dan Kekurangan Buku
Penulis resensi harus memberikan penilaian mengenai kelebihan dan kelemahan buku yang disertai dengan ulasan secara objektif.
Penulis resensi harus memberikan penilaian mengenai kelebihan dan kelemahan buku yang disertai dengan ulasan secara objektif.
5. Kesimpulan
Penulis resensi harus mengemukakan apa yang diperolehnya dari buku yang diresensi dan imbauan kepada pembaca. Jangan lupa cantumkan nama kamu selaku peresensi.
Penulis resensi harus mengemukakan apa yang diperolehnya dari buku yang diresensi dan imbauan kepada pembaca. Jangan lupa cantumkan nama kamu selaku peresensi.
ok, mungkin itu yang dapat saya post
disini, terlebih dan terkurang mohon maaf apa bila ada kesalahan. makasih
Resensi
ialah tulisan yang isinya menimbang atau menilai sebuah karya yang dikarang
atau dicipta orang lain. Resensi itu asal katanya dari bahasa Belanda recensie.
Dalam bahasa Inggris, padanan katanya adalah istilah review (ini juga berasal
dari bahasa Latin: revidere; re “kembali”, videre “melihat”). Karya yang
dinilai dalam tulisan resensi meliputi buku, film, teater, lagu, dan
semacamnya.
Secara
umum, resensi dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Deskriptif : menggambarkan dan
menjelaskan tentang karya seseorang secara menyeluruh, baik dari segi isi,
penulisannya, maupun penciptanya (creator). Resensi deskriptif ini tidak sampai
pada penilaian kritik (bagus/tidak) si penulis terhadap karya yang dia resensi.
Dia hanya menjelaskan secara singkat tentang isi, proses, dan pencipta sebuah
karya.
2. Deskriptif-evaluatif : resensi
dengan karakter kedua ini melakukan penilaian terhadap sebuah karya lebih dalam
dari yang pertama. Dia tidak hanya menggambarkan, tapi menilai sebuah karya
secara keseluruhan dengan kritis dan argumentatif. Sehingga ada kesimpulan pada
akhir resensi, apakah karya yang diresensi baik kualitasnya atau tidak.
3. Deskriptif-komparatif : resensi
yang ketiga ini lebih sulit lagi daripada macam resensi yang kedua. Resensi
macam ketiga ini mencoba melakukan penilaian pada sebuah karya dengan cara
membandingkan karya orang lain yang memiliki kesamaan atau keterkaitan secara
isi dan materi. Disebut sulit, sebab selain membutuhkan analisa mendalam dan
kritis, resensi macam ketiga ini membutuhkan pengetahuan dan wawasan luas.
Tidak hanya satu karya yang harus dia pahami, namun karya-karya lain yang
berhubungan dengan karya yang dia resensi harus pula dia pahami.
Tujuan
resensi buku adalah mengomunikasikan penilaian yang sudah
ditimbang masak-masak kepada pembaca lain, agar mereka memutuskan
ingin membaca buku tersebut atau tidak. Penting menyajikan resensi
yang mudah dipahami pembaca, mampu memenuhi kebutuhan dan
karakteristik mereka. Dan sebagai saran seorang kawan, pembaca
diharapkan akan mempertimbangkan pula masukan tersebut. Ingat, seorang
kawan tak akan memaksa; andaipun terkesan memaksa, itu pasti demi
kebaikan atau karena rasa sayang. Bila saran itu dirasa datang dari
seorang kawan baik, orang yang tak akan mencelakakan, yakinlah saran
itu akan berpengaruh, setidak-tidaknya karena ada seseorang telah
bersaksi bahwa sebuah buku itu sungguh-sungguh layak diperhatikan.
ditimbang masak-masak kepada pembaca lain, agar mereka memutuskan
ingin membaca buku tersebut atau tidak. Penting menyajikan resensi
yang mudah dipahami pembaca, mampu memenuhi kebutuhan dan
karakteristik mereka. Dan sebagai saran seorang kawan, pembaca
diharapkan akan mempertimbangkan pula masukan tersebut. Ingat, seorang
kawan tak akan memaksa; andaipun terkesan memaksa, itu pasti demi
kebaikan atau karena rasa sayang. Bila saran itu dirasa datang dari
seorang kawan baik, orang yang tak akan mencelakakan, yakinlah saran
itu akan berpengaruh, setidak-tidaknya karena ada seseorang telah
bersaksi bahwa sebuah buku itu sungguh-sungguh layak diperhatikan.
Asma
Nadia menyebutkan lima alasan kenapa kita harus menulis resensi. Berikut ini
kutipan apa yang ia tulis.
1. Sebagai upaya mengikat makna. Dengan menulis kamu
mengikat apa yang kamu baca. Dengan mengikatnya maka kamu tidak akan cepat lupa
pada hal-hal yang mungkin baik yang ada di buku itu.
2. Menulis resensi juga merupakan latihan yang baik untuk mengapresiasi sebuah tulisan, dengan elemen-elemennya. Resensi tentu saja bukan sekumpulan pujian terhadap satu buku. Resensi boleh saja merupakan deretan kritikan terhadap buku itu. Sah-sah saja. Tapi dengan meresensinya maka kamu akan memikirkan baik buruknya buku yang kamu baca, dengan lebih dalam. Yang pada berikutnya akan memberimu masukan secara pribadi, kekurangan-kekurangan penulis yang tidak boleh dibiarkan ada pada tulisanmu nanti, maupun mencoba mengambil kelebihan-kelebihan si penulis, agar juga menjadi milikmu. Khususnya jika kamu ingin menjadi seorang penulis.
3. Menulis resensi seperti juga buku harian, surat pembaca, atau blogging, merupakan latihan yang sangat baik untuk menulis. Dengan menulis resensi kamu belajar mengungkapkan gagasan dengan lebih baik.
4. Menulis resensi, juga membantumu mengingat buku-buku apa yang telah kamu baca. Daripada sekadar membaca, toh kamu sudah membeli buku itu, kenapa tidak sekalian menulis apa kesanmu, apa yang bisa kamu ambil, apa protesmu tentang buku itu. Ini bisa jadi cara baik untuk mengajak temanmu yang lain membaca. Apalagi kalau diam-diam kamu punya koleksi resensi dari semua buku yang kamu baca.
5. Menulis resensi juga bisa pembelajaran untuk bernalar dalam mentranskripsi teks yang sangat luas ke dalam teks lebih ringkas dengan mengembangkan analisis prioritas terhadap teks yang akan diresensi. Dengan demikian, kecerdasan otak kanan juga lebih terasah.
2. Menulis resensi juga merupakan latihan yang baik untuk mengapresiasi sebuah tulisan, dengan elemen-elemennya. Resensi tentu saja bukan sekumpulan pujian terhadap satu buku. Resensi boleh saja merupakan deretan kritikan terhadap buku itu. Sah-sah saja. Tapi dengan meresensinya maka kamu akan memikirkan baik buruknya buku yang kamu baca, dengan lebih dalam. Yang pada berikutnya akan memberimu masukan secara pribadi, kekurangan-kekurangan penulis yang tidak boleh dibiarkan ada pada tulisanmu nanti, maupun mencoba mengambil kelebihan-kelebihan si penulis, agar juga menjadi milikmu. Khususnya jika kamu ingin menjadi seorang penulis.
3. Menulis resensi seperti juga buku harian, surat pembaca, atau blogging, merupakan latihan yang sangat baik untuk menulis. Dengan menulis resensi kamu belajar mengungkapkan gagasan dengan lebih baik.
4. Menulis resensi, juga membantumu mengingat buku-buku apa yang telah kamu baca. Daripada sekadar membaca, toh kamu sudah membeli buku itu, kenapa tidak sekalian menulis apa kesanmu, apa yang bisa kamu ambil, apa protesmu tentang buku itu. Ini bisa jadi cara baik untuk mengajak temanmu yang lain membaca. Apalagi kalau diam-diam kamu punya koleksi resensi dari semua buku yang kamu baca.
5. Menulis resensi juga bisa pembelajaran untuk bernalar dalam mentranskripsi teks yang sangat luas ke dalam teks lebih ringkas dengan mengembangkan analisis prioritas terhadap teks yang akan diresensi. Dengan demikian, kecerdasan otak kanan juga lebih terasah.
Untuk
resensi buku, berikut beberapa kiat yang bisa membantu kita untuk mempermudah
penulisannya.
1. Baca isi buku dengan pemahaman keilmuan yang kita miliki. Seorang yang tidak
menguasai teori sastra sama sekali, jelas akan kesulitan menganalisa buku sastra.
Apakah peresensi harus seorang ahli/ilmuwan? Tentu tidak. Tapi, minimal
menguasai dasar-dasar suatu ilmu pengetahuan yang ada dalam isi buku tersebut.
2. Peresensi yang baik seyogianya membaca isi buku secara lengkap, jika perlu
berulang-ulang dan membandingkan dengan beberapa buku serupa. Tapi ini akan
merepotkan dan menghabiskan energi. Peresensi yang demikian biasanya untuk
penulisan jenis resensi kritik. Untuk jenis resensi informatif atau deskriptif,
kita hanya mencari bagian-bagian point of view dari tema buku, termasuk kata
pengantar dan epilog. Namun demikian, hanya bisa diterapkan untuk mengulas buku
ilmiah yang mana bab per babnya disusun secara baku dan teratur. Untuk buku
jenis novel jelas tidak bisa diterapkan.
3.Pilih tema pokok yang ingin anda jelaskan dalam resensi. Point of view, atau
angle tidak boleh lebih dari satu. Hal ini untuk menghindari melebarnya
pembahasan dari tema pokok.
4. Kutip beberapa materi dari isi buku sebagai data ulasan.
5. Berikan penjelasan pada lead tulisan secara singkat dan deskriptif isi buku.
6. Materi isi buku dijabarkan pada bagian struktur/badan penulisan.
7.Akhiri penulisan dengan komentar singkat. Peresensi yang baik akan menyanjung
dan mengkritik secara objektif dan proporsional. Ingat, posisi peresensi dalam
hal ini adalah sama dengan seorang ilmuwan. Tak boleh subjektif dan distortif
dalam menyampaikan ulasan.
Adapun
tujuan resensi film adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif (menyeluruh) tentang
apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah produk (buku, kaset, film, sinetron
dan sejenisnya yang udah saya sebutkan di atas).
2. Mengajak penikmat film untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan
lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah produk.
3. Memberikan pertimbangan kepada calon penonton atau penikmat film apakah
sebuah produk film pantas mendapat sambutan masyarakat atau malah sambitan?
4. Menjawab pertanyaan yang (mungkin) muncul jika seseorang melihat produk yang
baru diluncurkan (diterbitkan), seperti:
a. Siapa siapa sutradara dan para pemainnya? Beserta kru film lainnya
b. Mengapa ia membuat film tersebut?
c. Apa pernyataannya?
d. Bagaimana hubungannya dengan film-film sejenis karya sutradara yang sama?
e. Bagaimana hubungannya dengan film-film sejenis yang dihasilkan sutradara-sutradara lain?
a. Siapa siapa sutradara dan para pemainnya? Beserta kru film lainnya
b. Mengapa ia membuat film tersebut?
c. Apa pernyataannya?
d. Bagaimana hubungannya dengan film-film sejenis karya sutradara yang sama?
e. Bagaimana hubungannya dengan film-film sejenis yang dihasilkan sutradara-sutradara lain?
5. Untuk segolongan penikmat film bertujuan :
a. Membaca agar mendapatkan bimbingan dalam memilih-milih filmtersebut.
b. Setelah membaca resensi produk berminat untuk menonton atau mencocokkan seperti apa yang ditulis dalam resensi.
c. Mengandalkan resensi sebagai sumber informasi.
a. Membaca agar mendapatkan bimbingan dalam memilih-milih filmtersebut.
b. Setelah membaca resensi produk berminat untuk menonton atau mencocokkan seperti apa yang ditulis dalam resensi.
c. Mengandalkan resensi sebagai sumber informasi.
Untuk
membuat resensi film, berikut ini langkah-langkah yang bisa dilakukan:
1. Mengenali atau menjajaki film yang akan diresensi.
2. Mulai dari tema film yang diresensi, disertai deskripsi (penggambaran) isi
film
3. Siapa perusahaan yang menerbitkan film itu, kapan dan di mana diproduksi?
Durasi berapa?
4. Siapa sutradaranya nama, latar belakang pendidikan, reputasi dan prestasi,
film apa saja yang ditulis hingga mengapa ia sampai menyutradarai film
tersebut. Jadi cerita singkat tentang sutradaranyanya. Termasuk produsernya
5. Film tersebut termasuk golongan / genre film yang mana?
6. Melihat film yang akan diresensi secara komfrehensif, cermat dan kunti
(baca: tekun dan teliti). Artinya melihat sedetail-detailnya. Jangan ada yang
keliru.
7. Menandai bagian film yang akan dijadikan sebagai kutipan dalam resensi.
Biasanya point-point yang menarik dari film tersebut.
8. Membuat sinopsis atau intisari dari film yang akan diresensi.
9. Menentukan sikap sebagai perensi dengan menilai hal-hal berikut:
a. Skenarionya, alur ceritanya enak apa nggak (misalnya melompat-lompat apa mengalir enak), bagaimana dengan dialog-doalog di ceritanya tersebut, bagaimana akting dari para pemainnya, tata suara, tata gambar, dan latarnya bagus apa tidak.
b. Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar-dasar dan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya.
a. Skenarionya, alur ceritanya enak apa nggak (misalnya melompat-lompat apa mengalir enak), bagaimana dengan dialog-doalog di ceritanya tersebut, bagaimana akting dari para pemainnya, tata suara, tata gambar, dan latarnya bagus apa tidak.
b. Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar-dasar dan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya.
(Dikutip dari tulisan teman bernama Yon’s Revolta)
~dan...kebahagiaan akan berlipat ganda
jika dibagi dengan orang lain~
(Paulo Coelho dalam novel “Di Tepi Sungai Piedra”)
Beruntung orang yang suka membaca buku. Mereka yang gemar membaca buku akan terbuka wawasannya, tidak kuper dan cupet pandangan. Mereka juga akan mengerti informasi selain yang dipikirkannya selama ini, referensi dan pengetahuannya akan bertambah luas. Dan inilah sebenarnya investasi berharga sebagai modal untuk mengarungi kehidupannya. Orang yang menyukai aktivitas membaca, hasilnya, mereka tidak akan berpikir sempit ketika menghadapi problem-problem penting yang terjadi di dunia. Serta punya potensi dan kecenderungan yang bijak dalam mensikapi kejadian-kejadian keseharian di sekitarnya.
Tapi, bagi orang yang ingin berbuat lebih dan mau berbagi ilmu kepada orang lain, membaca saja tak cukup. Mereka perlu memiliki keterampilan lagi yaitu ketrampilan meresensi buku. Sebelum melangkah kepada teknik ringkas meresensi buku, ada beberapa hal penting mengapa resensi perlu dibuat. Tujuannya, diantaranya sebagai berikut,
Membantu pembaca (publik) yang belum berkesempatan membaca buku yang dimaksud atau membantu mereka yang memang tidak punya waktu membaca buku. Dengan adanya resensi, pembaca setidaknya bisa mengetahui gambaran dan penilaian umum terhadap buku tertentu. Setidaknya, bisa dijadikan bahan obrolan yang bermanfaat dari pada menggosip yang tidak jelas juntrungnya.
Mengetahui kelemahan dan kelebihan buku yang diresensi. Dengan begitu, pembaca bisa belajar bagaimana semestinya membuat buku yang baik itu. Memang, peresensi bisa saja sangat subjektif dalam menilai buku. Tapi, bagaimanapun juga tetap akan punya manfaat (terutama kalau dipublikasikan di media cetak, karena telah melewati seleksi redaktur).
Mengetahui latarbelakang dan alasan buku tersebut diterbitkan. Sisi Undercovernya. Kalaupun tidak bisa mendapkan informasi yang demikian, peresensi juga tetap bisa mengandalkan misalnya mengacu pada halaman pengantar atau prolog yang biasanya terdapat dalam sebuah buku. Kalau tidak, informasi dari pemberitaan media tak jadi soal.
Mengetahui perbandingan buku yang telah dihasilkan penulis yang sama atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Peresensi yang punya “jam terbang” tinggi, biasanya tidak melulu melulu mengulas isi buku apa adanya. Biasanya, mereka juga menghadirkan karya-karya sebelumnya yang telah ditulis oleh pengarang buku tersebut, kalau tidak, biasanya juga menghadirkan buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Hal ini tentu akan lebih memperkaya wawasan pembaca nantinya.
Bagi penulis buku yang diresensi, bisa sebagai masukan berharga bagi proses kreatif kepenulisan selanjutnya karena tak jarang peresensi memberikan kritik yang tajam baik itu dari segi cara dan gaya kepenulisan maupun isi dan substansi bukunya. Sedangkan, bagi penerbit bisa dijadikan wahana koreksi karena biasanya peresensi juga menyoroti soal font (jenis huruf) mutu cetakan dsb.
Nah, untuk bisa meresensi buku, sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan sebagian orang. Ada beberapa langkah umum yang bisa dilakukan siapa saja yang akan membuat resensi buku. Diantaranya;
Tahap Persiapan
Memilih jenis buku : Tentu setiap orang mempunyai hobi dan minat tertentu pada sebuah buku. Pada proses pemilihan ini akan lebih baik kalau kita fokus untuk meresensi buku-buku tertentu yang menjadi minat atau sesuai dengan latarbelakang pendidikan kita. (hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa seseorang tidak mungkin menguasai berbagai macam bidang sekaligus). Ini terkait dengan ” otoritas ilmiah”. Hal ini tidak berarti membatasi tau melarang-larang orang untuk meresensi buku. Tapi, hanya soal siapa berbicara apa. Seorang guru tentu lebih paham bagaimana cara mengajar siswa dibandingkan seorang tukang sayur.
Usahakan buku baru. Ini jika karya resensi akan dipublikasikan di media cetak. Buku-buku yang sudah lama tentu kecil kemungkinan akan termuat karena dinilai sudah basi dengan asumsi sudah banyak yang membacanya sehingga tidak mengundang rasa penasaran. Untuk buku-buku lama (yang diniatkan sekedar untuk berbagi ilmu) tetap bisa diresensi dan dipublikasikan misalnya lewat blog (jurnal personal).
Membuat anatomi buku. Yaitu informasi awal mengenai buku yang akan diresensi. Contoh formatnya sebagai berikut;
Judul Karya Resensi
Judul Buku :
Penulis :
Penerbit :
Harga :
Tebal :
Tahap Pengerjaan
Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Ini yang membedakan antara pembaca biasa dan peresensi buku. Bagi pembaca biasa, membaca bisa sambil lalu dan boleh menghentikan kapan saja. Bagi seorang peresensi, mesti membaca buku sampai tuntas agar bisa mendapatkan informasi buku secara menyeluruh. Begitu juga mencatat kutipan dan pemikiran yang dirasa penting yang terdapat dalam buku tersebut.
Setelah membaca, mulai menuliskan karya resensi buku yang dimaksud. Dalam karya resensi tersebut, setidaknya mengandung beberapa hal;
Informasi awal buku (seperti format diatas).
Tentukan judul yang menarik dan “provokatif”
Membuat ulasan singkat buku. Diskripsi garis besar isi buku.
Memberikan penilaian buku. (substansi isinya maupun cover dan cetakan fisiknya) atau membandingkan dengan buku lain. Inilah sesungguhnya fungsi utama seorang peresensi yaitu sebagai kritikus sehingga bisa membantu publik menilai sebuah buku.
Menonjolkan sisi yang beda atas buku yang diresensi dengan buku lainnya.
Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
Mengkoreksi karya resensi. Mengkoreksi kelengkapan karya, EYD dan sistematika jalan pikiran resensi yang telah dihasilkan. Yang terpenting tentu bukan isi buku itu apa, tapi apa sikap penilaian peresensi terhadap buku tersebut.
Tahap Publikasi
Karya disesuaikan dengan ruang media yang akan kita kirimi resensi. Setiap media berbeda-beda panjang dan pendeknya. Mengikuti syarat jumlah halaman dari media yang bersangkutan adalah sebuah langkah yang aman bagi peresensi.
Menyertakan cover halaman depan buku.
Mengirimkan karya sesuai dengan jenis buku-buku yang resensinya telah diterbitkan sebelumnya. Peresensi perlu menengok dan memahami buku jenis apa yang sering dimuat pada sebuah media tertentu. Hal ini untuk menghindari penolakan karya kita oleh redaktur.
Demikian ulasan sekilas mengenai teknik sederhana meresensi buku. Pada intinya, persoalan meresensi buku adalah soal berbagi (ilmu). Setelah membaca buku, biasanya kita bahagia karena memperoleh wawasan baru. Dengan begitu urusan meresensi buku juga bisa berarti kita berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Sungguh mulia bukan !.
sumber
Tidak ada komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar